Jumat, 27 Januari 2012

Bahaya Minyak Jelantah Daur Ulang

 

Akhir-akhir ini kondisi ekonomi masyarakat indonesia yang semakin menurun membuat beberapa pihak tertentu mulai menggunakan cara-cara yang terlarang untuk mendapatkan keuntungan yang lebih besar.
untuk masayarakat diharapkan  lebih berhati-hati dalam membeli minyak goreng dipasaran.

Ada beberapa cara yang mereka lakukan, mulai dengan cara mencampur mencampur minyak goreng dengan plastik, mencampur minyak goreng dengan sejenis bahan kimia yang mmembuat minyak goreng jelantah berwarna hitam menjadi warna kuning jernih seperti minyak goreng baru.

Adapum bahan-bahan minyak jelantah ini mereka daptkan dari bekas minyak goreng yang dipakai oleh restoran di mall-mall yang ada di DKI Jakarta. kemudian mereka daur ulang lagi. Kemudian Hasil olahan ini dibungkus lagi dengan plastik dan sudah diikat  rapi dan siap jual di pasar. Harganya pun sangat murah, setengah harga dari harga yang ada di pasaran.

Ternyata dari pengakuan dari seorang pendaur ulang minyak jelantah yang berhasil di wawancara oleh reporter Global TV, Minyak jelantah daur ulang ini banyak diminati oleh para penjual gorengan yamg hari ini banyak beredar di seluruh penjuru kota Jakarta.

Bahaya minyak jelantah

Kualitas minyak jelantah sangat menurun dari minyak goreng baru. Minyak jelantah mengeluarkan kandungan polimer yang dapat terserap dalam pangan berupa asam lemak trans.

Dan dalam minyak jelantah, terdapat zat radikal bebas, seperti peroksida dan epioksida yang bersifat mutagen dan karsinogen sehingga berisiko terhadap kesehatan manusia. Misalnya saja, hasil peroksida pada minyak jelantah mengakibatkan pemanasan suhu tinggi hingga gangguan kesehatan, terutama yang berhubungan dengan metabolisme kolesterol.

Bahaya akut jangka pendek

Gorengan yang telah terpapar timbal bisa dimakan menyebabkan rasa terbakar pada mulut dan kerongkongan, pengeluaran air liur berlebihan, sakit perut disertai rasa mulas yang hebat, muntah, diare dengan tinja berwarna hitam, berdarah, susah buang air besar, merasa kelelahan, gangguan tidur, gelisah, lekas marah, gangguan ginjal, gangguan otak dengan penglihatan, kesemutan, kejang hingga kelumpuhan.

“Kematian dapat terjadi akibat kegagalan jantung,

Bahaya kronis jangka panjang

Bila tertelan, paparan timbal yang dikonsumsi berulang dalam jangka lama meski dalam jumlah sedikit, menyebabkan akumulasi dalam jaringan tubuh, yaitu pada tulang, gigi, hingga otak dan dapat menimbulkan efek pada ginjal, hati, darah, saraf, alat reproduksi, dan endokrin dari sistem kekebalan.

“Tahap awal dari keracuanan timbal ditunjukkan dengan kehilangan nafsu makan dan kehilangan berat badan,





Tidak ada komentar:

Posting Komentar